Kamis, 13 Oktober 2016

OBSERVASI



OBSERVASI
NURUL  ARIFAH :14130028
BIMBINGAN DAN KONSELING
Ringkasan
Selain proses pengamatan, dalam melakukan observasi harus dilakukan dengan penuh perhatian ( attention ). Hal ini berarti bahwa dalam kegiatan observasi bukan hanya proses fisik tetapi juga proses psikis.Bentuk observasi yaitu observasi participan,observasi non participan dan observasi kuasi participan.Dilihat dari segi situasi lingkungan dimana subyek diobservasi,Gall dkk ( 2033 : 254 ) membedakan observasi menjadi 2, yaitu Observasi naturalistik dan Observasi eksperimental.Mendasarkan pada tujuan dan lapangannya, Hanna Djumana ( 1983 : 205 ) mengelompokkan observasi yaitu Finding observasion dan Direct observasion.Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum dan selama melakukan observasi yaitu tujuan observasi dan fokus(materi)observasi. Alat bantu observasi yaitu daftar riwayat kelakuan, cacatan berkala, daftar cek dan skala penilaian.Fungsi observasi dalam konseling yaitu sebagai alat kontrol dan bisa dijadikan validitasi terhadap informasi yang disampaikan konseli.

Kata kunci:Observasi dan fungsinya dalam konseling


PENDAHULUAN
            Dengan observasi memungkinkan seorang konselor bisa memahami karakteristik individu yang dibimbingnya, sebab perilaku manusia secara umum adalah bisa diobservasi kecuali hal-hal tertentu yang memang seharusnya di sembunyikan. Meskipun demikian melalui cara-cara lain, perilaku yang disembunyikan manusia itu juga akhirnya bisa diobservasi.Observasi penting bagi seorang konselor sekolah, pembimbing , peneliti, bahkan seseorang yang hendak menikah. Bagi seorang konselor, mengenali secara baik dan tepat terhadap individu yang hendak dibimbing adalah suatu tuntutan profesional. Hal hal yang perlu dilakukan sebelum dan selama observasi adalah menentukan tujuan observasi, fokus materi observasi. Instrument yang digunakan untuk observasi: cheklist, Rating scale, Anecdotal record, Mechanical device.
 Persyaratan observer yang baik yaitu observer perlu memiliki motivasi dan kesediaan untuk melakukan observasi, Pengetahuan dan pengalaman melakukan observasi perlu selalu dikembangkan. Observer mengambil sikap netral, bebas prasangka, dan tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan. Kondisi tubuh sehat jasmani dan rohani.Mengenal latar belakang sosial, budaya,dan agama konseli dengan baik.Menciptakan hubungan yang baik dengan observee, dengan demikian diharapkan observee dapat dengan sepenuh hati mengungkapkan dirinya sebagaimana adanya. Sesegera mungkin mencatat data observasi sebelum lupa.
 Fungsi observasi dalam konseling yaitu sebagai alat kontrol, bisa dijadikan validitasi terhadap informasi yang disampaikan konseli. Hal hal yang diobservasi konselor yaitu  cara konseli masuk ruang dan menemui konselor, cara konseli berjabat tangan dengan konselor,cara duduk dan jarak antara konseli dengan konselor,cara berbicara dan nada suara,bentuk perawakan dan penampilan pada umumnya, Ekspresi wajah, Reaksi reaksi emosional, bahasa bahasa non verbal.Cara menyusun pedoman observasi yaitu menyusunan dengan bertolak dari pikiran rasional atau mendasarkan pada pengalaman yaitu pedoman observasi yang dilakukan dengan melihat aspek yang hendak diobservasi berdasarkan pada pikiran rasional. Penyusunan dengan bertolak dari konsep atau konstruk (construct) yang telah mapan.



METODE
  1. Prosedur Pengumpulan Data
  2. Penulisan artikel ini menggunakan metode studi pustaka berupa
jurnal dan browsing data dari internet yang telah teruji kevalidannya,berhubungan satu sama lain, relevan dengan kajian tulisan serta mendukung uraian atau analisis pembahasan.
  1. Pengolahan Data
      Dalam penulisan artikel ini, analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, setelah  data diperoleh akan dijelaskan sedetail mungkin untuk mendapatkan kesimpulan akhir dari uraian atau analisis pembahasan.











PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN OBSERVASI
            Observasi adalah pengamatan secara langsung atas sesuatu yang akan diteliti.Selain proses pengamatan, dalam melakukan observasi harus dilakukan dengan penuh perhatian ( attention ). Hal ini berarti bahwa dalam kegiatan observasi bukan hanya proses fisik tetapi juga proses psikis. Hal ini bisa dijelaskan bahwa ketika seseorang melakukan observasi, bukan hanya kegiatan melihat, mendengar, mencium saja yang berjalan tetapi lebih dari itu adalah melihat, mendengar, dan mencium yang disertai dengan pemusatan perhatian, aktivitas, dan kesadaran terhadap obyek atau gelaja-gejala tertentu yang sedang diobservasi.
         Anna Djumana ( 1983 : 201 ) juga mengingatkan, bahwa observasi juga harus dilakukan secara sistematis dan bertujuan, artinya dalam melakukan observasi observer tidak bisa melakukan hanya secar tiba-tiba dan tanpa perencanaan yang jelas. Dalam melakukan observasi harus jelas apa tujuannya, gejala-gejal apa saja yang perlu diamati, karakteristik masing-masing gejala, model pencatatannya, analisinya, dan pelaporan hasilnya. Gall dkk ( 2003 : 254 ) memandang observasi sebagai teknik yang bisa dimanfaatkan untuk memilah-milah derajat dalam membuat konklusi tentang orang lain, meskipun diakui bahwa penggunaan observasi juga perlu dilengkapi dengan metode lain dalam penilaian manusia.

B.BENTUK OBSERVASI
Ada beberapa bentuk observasi yang lazim di lakukan oleh konselor dan atau peneliti :
1.      Di lihat dari ketrlibatan subyek terhadap obyek yang sedang diobservasi , observasi bisa di bedakan menjadi 3 bentuk yaitu :
·         Observasi partisipan, yaitu bila pihak yang melakukan observasi turut serta dalam
      atau berpatisipasi dalam kegiatan yang sedang di lakukan oleh subyek yang sedang
diobservasi.
·         Observasi non-partisipan, yaitu bila observer tidak terlibat secara langsung atau tidak berpartisipasi dalam aktivitas yang sedang di lakukan oleh observer.
·         Observasi kuasi-partisipasi, yaitu bila observer terlibat pada sebagian kegiatan yang sedang di lakukan oleh observee, sementara pada sebagian kegiatan yang lain observer tidak melibatkan diri.Intinya bahwa , persoalan utama tetap terletak pada tahu tidaknya observee bahwa mereka sedang di amati, jika mereka mengetahui bawa mereka sedang diamati, maka sangat mungkin perilaku yang muncul masih ada kemungkinan tidak wajar.
2.      Dilihat dari segi situasi lingkungan dimana subyek diobservasi, Gall dkk ( 2033 : 254 ) membedakan observasi menjadi 2, yaitu :
a)      Observasi naturalistik ( naturalistik observasion ) jika observasi itu dilakukan secara alamiah atau dalam kondisi apa adanya.
b)      Observasi eksperimental ( experimental observasion ) jika observasi di lakukan terhadap subyek dalam suasana eksperimen atau ondisi yang di ciptakan sebelumnya.
3.      Mendasarkan pada tujuan dan lapangannya, Hanna Djumana ( 1983 : 205 ) mengelompkkan observasi menjadi berikut :
a)      Finding observasion, yaitu kegiatan observasi untuk tujuan penjajagan. Dalam melakukan ini observer belum mengetahui dengan jelas apa yang harus diobservasi, ia hanya mengetahui bahwa dia akan menghadapi suatu situasi saja.
Berhadapan dengan situasi itu ia bersikap menjajagi saja, kemudian ia mengamati berbagai variabel yang mungkin dapat dijadikan bahan untuk menyusun observasi yang lebih terarah.
b)      Direct observasion, yaitu observasi yang menggunakan “ daftar isian “ sebagai pedomannya. Daftar ini bisa berupa checklist kategori tingkah laku yang diobservasi.Pada umumnya pembuatan daftar isian ini didasarkan pada data yang di peroleh dari finding observasion dan atau penjabaran dari konsep dalam teori yang dipandang sudah mapan. Dalam situasi konseling, kedua bentuk observasi dapat di terapkan. Finding observasion di terapkan bila konselor merasa tidak perlu menggunakan berbagai daftar isian serta ingin mendapatkan kesan tentang tingkah laku konseli yang spontan atau apa adanya.

C. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum dan selama melakukan observasi
Mc. Millan dan Schumacter ( 2001 : 274 ), mengingatkan agar sebelum dan selama observasi, observer selalu memperhatikan hal-hal yang selanjutnya dikelompokkan menjadi hal-hal yang berkaitan dengan tujuan, variabel, dan teknik pelaksanaan observasi berikut:
a)      Tujuan observasi, pahami lebih dahulu tujuan umum maupun tujuan-tijuan khusus observasi. Denga memahami dan memperhatikan tujuan observasi diharapkan observer tidak mudah tertarik kepad gejal-gejala yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan tujuan observasi.
b)      Fokus ( materi ) observasi, apa sebenarnya hendak di observasi seyogyanya sudah di kuasai dengan baik oleh observer seblum melakukan observasi. Ibarat seorang yang hendak membeli seekor kambing seyogyanya sudah tahu persis gambaran kambing yang hendak dibeli jangan sampai terjadi ingin membeli “ kambing “ ternyata yang di beli adalah “ anjing ” meskipun sama-sama berbulu dan berkaki empat. Demikian pula jika seseorang hendak meneliti masalah sikap, myang hendak dibeli

D.Beberapa alat bantu observasi
Ada beberapa alat bantu yang bisa di manfaatkan oleh observer dalam menggunakan metode observasi, yaitu sebagai berikut :
a.        Daftar riwayat kelakuan, yaitu suatu cacatan tentang tingkah laku individu yang dipandang istimewa dan luar biasa.
b.        Cacatan berkala, yaitu cacatan yang dibuat pada saat tertentu tentang tingkah laku seseorang, kemudian dijadikan rujukan dalam melukiskan kesan-kesan umum.
c.           Daftar cek adalah sejumlah kalimat pernyataan yang berhubungan denga diri konseli, atau sejumlah problem yang mungkin  dihadapi konseli. Dengan daftar ini konseli diharapkan memberi tanda cek ( v ) dibawah kolom yang menggambarkan sesuai atau tidak sesuai dengan dir mereka.
d.         Skala penilaian ( rating skale ) adalah pencacatan gejala menurut tingkatan-tngkatannya. Bentuk cacatan ini bukan hanya menggambarkan ada atau tidaknya gejala pada subyek yang sedang diamati seperti data daftar cek , tetapi lebih dari itu berupaya menggambarkan kondisi subyek sesuai tingkatan-tingkatan gejalanya.

E.Pedoman untuk menganalis selama dan setelah observasi
Hal hal yang perlu di analisa menurut Gibson sebagai berikut”
a.      Mengamati satu klien dalam satu waktu.
b.      Konselor hendaknya selalu inggat bahwa observasi yang dilakukan adalah untuk mencapai tujuan tertentu.
c.       Observasi hendaknya dilakukan tanpa batas waktu, utamanya dalam dunia pendidikan.
d.      Konseli harus diamati dalam kondisi natural dan berbeda.
e.      Mengamti klien dalam kontks semua semua situasi atau situasi total.
f.        Data dari observasi seharusnya digabungkan dengan data yang lain.
g.      Observasi seharusnya dilakukan dalam kondisi yang menyenagkan.
F.       Instrumen yang Digunakan dalam Melakukan Observasi
Instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi, yaitu checklist, rating scale, anecdotal record, catatan berkala, dan mechanical device.
a)      Check list, merupakan suatu daftar yang berisikan nama-nama responden dan faktor- faktor yang akan diamati.
b)      Rating scale, merupakan instrumen untuk mencatat gejala menurut tingkatan- tingkatannya.
c)      Anecdotal record, merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh responden.
d)      Mechanical device, merupakan alat mekanik yang digunakan untuk memotret peristiwa- peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh responden.



G.Fungsi observasi dalam konseling
1.      Fungsi observasi dalam konseling
Observasi dalam konseling mempunyai funsi diantaranya adalah:
a. Sebagai alat kontrol  (triangulasi) terhadap kebenaran informasi yang disampaikan konseli .
b. Bisa dijadikan validitasi terhadap informasi yang disampaikan konseli.
2.     Hal hal yang diobservasi konselor
Meskipun prilaku konseli perlu diamati tapi menurut Anna Djumhana (1983 : 207-09) mendasarkan pendapat para ahli menjuka beberapa aspek saja yang perlu di observasi diantaraya:
a.Cara konseli masuk ruang dan menemui konselor
Ciri ciri tingkah laku konseli dapat memberi kesan bagi observer bahwa konseli pribadi yang tegas, berani, malu malu, menarik perhatian, penurut dan tak bersemangat.
b.      Cara konseli berjabat tangan dengan konselor
Melalui jabat tangan observer bisa merasakan kondisi angan it, misalnya dingin, berkeringat, halus kasar yang kesemuanya dapat mencerminkan kondisi orang tersebut.
c.Cara duduk dan jarak antara konseli dengan konselor
Cara duduk yang rapi posisi duduk yang tepat dan tidak berubah, sembarangan atau yang banyak bergerak dapat mencerminkan pengeendalian diri yang baik, sikap kaku, menarik perhatian, gelisah dan sebagainya. Cara dududk dengan tubuh agak condong kemuka biyasanya menandakan perhataian, keakraban, dan kesedian berkomunikasi.
d.Cara berbicara dan nada suara
Kesan tulus ogah ogahjuga bisa di perhatikan dari nada suaranya. Nada suara dapat mencerminkan keadaan emosional saat orang berbicara. Cara berbicara yang lambat dan pelan bisa jadi mengambarkan perasaan yang ramah.
e.Bentuk perawakan dan penampilan pada umumnya.
Bentuk perawakan bisa mngambarkan mengenai perwatakan bila di hubungkan dengan tipologi kretschmer.
Kelainan hormonal juga bisa terlihat dari bentuk perwatakanya. Penampilan umum bisa memberikan kesan tertentu misalnya rapi, serasi, sederhana, yang kesemuanya memberikan gambaran tent ang corak relasi sosialnya. Dan cara berpakaian yang sembarangan dan jorok mungkin tercermin sikap  acuh tak acuh pada dirinya sendiri dan orang lain.
f. Ekspresi wajah
Seseorang bisa menyembunyikan kesedihan dengan tersenyum dan mungkin juga dengan make up. namun demikian konselor haruslah tahu tentang kadaan yang sebenarnya dari konseli dengan melihat gejala gejala dari keseluruhan wajah. Para ahli memandang  mata sebagai bagian yang penting dalam pengambaran keadaan yang yang dialami oleh konseli. Misal mata orang yang lagi berbahagia pasti akan berbeda dengan mata orang yang sedang marah ataupun sedih.
g.      Reaksi reaksi emosional
Dalam situasi konseling reaksi reaksi konseli misalnya kaku, tegang, kecendrungan menantang, humor bisa di pahami sebagai indikator bahwa konseli sebenarnya percaya, ragu ragu, atau bahkan tidak percaya terhadap konselor.
h.Bahasa bahasa non verbal
Bahasa isyarat badan, muka, mata, (kinesics), perseppsi tentang waktu (crhonemics), nada suara (paralangguage), arti diam (silence), cara berpaikan dan penampilan, komunikasi melalui indra penciuman (alfactics), isyarat mata (aculesics).
H.Kelebihan dan Kelemahan observasi
Kelebihan dari observasi, antara lain:
a)      Pengamat mempunyai kemungkinan untuk langsung mencatat hal-hal, perilaku pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut masih berlaku, atau sewaktu perilaku sedang terjadi sehingga pengamat tidak menggantungkan data-data dari ingatan seseorang.
b)      Pengamat dapat memperoleh data dan subjek, baik dengan berkomunikasi verbal ataupun tidak, misalnya dalam melakukan penelitian. Sering subjek tidak mau berkomunikasi secara verbal dengan peneliti karena takut, tidak punya waktu atau enggan. Namun, hal ini dapat diatasi dengan adanya pengamatan (observasi) langsung.
Kelemahan dari observasi, antara lain:
a)      Memerlukan waktu yang relatif lama untuk memperoleh pengamatan langsung terhadap satu kejadian, misalnya adat penguburan suku Toraja dalam peristiwa ritual kematian, maka seorang peneliti harus menunggu adanya upacara adat tersebut.
b)      Pengamat biasanya tidak dapat melakukan terhadap suatu fenomena yang berlangsung lama, contohnya kita ingin mengamati fenomena perubahan suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern akan sulit atau tidak mungkin dilakukan.
c)      Adanya kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin diamati, misalnya kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya pribadi, seperti kita ingin mengetahui perilaku anak saat orang tua sedang bertengkar, kita tidak mungkin melakukan pengamatan langsung terhadap konflik keluarga tersebut karena kurang jelas.

SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Dapat saya simpulkan,bahwa seorang konselor, sebelum memberikan layanan bimbingan kepada konseli akan melakukan pengamatan terhadap individu yang hendak dibimbingnnya, bahkan lebih dari itu ia juga perlu mengetahui latar belakang keluargannya, dengan siapa biasanya individu itu bergaul. Seorang mahasiswa keguruan, sebelum melakukan praktek mengajar juga disarankan untuk melakukan observasi terhadaap kondisi sekolah diman ia hendak melakukan tugas praktek.Selain proses pengamatan, dalam melakukan observasi harus dilakukan dengan penuh perhatian. Hal ini berarti bahwa dalam kegiatan observasi bukan hanya proses fisik tetapi juga proses psikis.Perilaku manusia secara umum adalah bisa diobservasi kecuali hal-hal tertentu yang memang seharusnya di sembunyikan. Meskipun demikian melalui cara-cara lain, perilaku yang disembunyikan manusia itu juga akhirnya bisa diobservasi

SARAN
Dengan observasi memungkinkan seorang konselor bisa memahami karakteristik individu yang dibimbingnya,oleh karena itu konselor harus mengetahui langkah menyusun observasi dengan baik.